Minggu, 07 Februari 2010

Islam di Kota LINXIA, CINA

SEJARAH - Islam masuk ke negeri tiongkok, menurut catatan sejarah yaitu pada akhir masa Dinasti Sui, menjelang berdirinya Dinasti Tang (abad ke 7 M), pada awalnya dibawah oleh saudagar-saudagar arab yang datang di sekitar bandar Kanton (Guang Dong) dan Bandar Quanzhou (bahkan sampai sekarang masih ada keturunan arab tinggal di kota ini dan banyak makam para ulama islam tionghoa keturunan arab di kota Quanzhou tersebut.

Islam mengalami masa kegemilangan pada zaman Dinasti Ming (1368-1644), pada masa sebelumnya, Dinasti Yuan (1279-1368), orang-orang muslim banyak menduduki pos-pos penting di pemerintahan, seperti jabatan di berbagai jawatan kementerian serta sekretariat negara, dinasti yuan adalah dibangun oleh suku mongolia di tiongkok. Orang mongolia memang mahir berperang namun tidak mengerti administrasi dan pengelolahan negara oleh karena bangsa Han yang ditaklukannya lebih maju peradabannya maka timbul keinginan untuk mengangkat turunan muslim untuk menduduki jabatan negara karena faktor politik tidak memungkinkan mengangkat orang-orang han pada waktu itu, namun bukan berarti waktu itu umat islam tidak mengalami tekanan, karena ada perbedaan budaya yang besar sekali antara pemerintah mongol dan kebanyakan muslim pada saat itu sehingga menimbulkan orang muslim juga diperlakukan tidak adil dan mempelopori berdirinya dinasti ming dengan mengadakan perlawanan terhadap pihak dinasti Yuan.
Kemudian pada masa dinasti ming itu banyak pejabat negara yang beragama islam, dan pernah kaisar Ming Cheng Zhu, mengirim misi muhibah persahabatan yang dipimpin oleh Laksamana Zhenghe yang muslim menuju ke negara Asia Tenggara, India, Semenanjung Arab dan Afrika Barat, setelah Dinasti Ming runtuh bangsa Man dari utara menggantikan pemerintahan Ming mendirikan Dinasti Qing.
Pada zaman itu umat islam yang tinggal di China Barat Laut mendapat tekanan dari kerajaan Qing, karena banyak umat islam pada waktu itu mendukung Dinasti Ming, banyak perlawanan yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan muslim pada waktu itu kepada dinasti qing,dan belakangan diikuti oleh orang-orang han sehingga pendiri Republik Tiongkok (Republic Of China) Dr.Sun Yat Zen (sun zhong shan) di dalam San Min Zhu Yi (tiga landasan pokok negaranya mengakui keberanian pahlawan-pahlawan muslim sebagai sumber inspirasi utama perjuangan kebebasan negara tiongkok modern, pada masa Republik Tiongkok/Republic Of China (1911-1949) umat islam banyak menduduki pos-pos kementerian negara,dan menjadi petinggi partai kuo min tang,pada waktu itu banyak madrasah didirikan, menurut catatan pemeintah nasionalis kuo min tang yang sampai sekarang menguasai taiwan,di beijing hampir ada 40 masjid,hingga kini dibawah pemerintahan komunis republik rakyat china tinggal 3 masjid,sisanya di alih fungsikan sebagai pabrik.
Keadaan muslim sesudah berdirinya Republik Rakyat China (1949) di bawah partai komunis china sebagai partai tunggal dalam negara pada mulanya sangat sulit, terutama pada saat revolusi kebudayaan (1966-1976), waktu itu umat islam dan umat beragama lain dilarang beribadah, Al-Qur'an dibakar dan tidak diperkenankan untuk membacanya,masjid-masjid ditutup dan dialih fungsikan untuk kepentingan olahraga, setelah era keterbukaan (1980-sekarang), umat islam kembali menghirup udara segar, masjid-masjid berfungsi kembali segala kegiatan islam berkembang pesat, taraf kehidupan muslim juga maju.
Sekarang ini telah ada Asosiasi Islam Republik Rakyat China (zhongguo yisilan xie hui), juga banyak pusat kajian islam dan pesantren berdiri, seperti salah satunya Qinghai Koran Institute, di ibukota Propinsi Qinghai, Xining. Bahkan sebagian produk makanan di china telah mencantumkan produk halal atas rekomendasi dari Asosiasi Islam RRC dan sekarang bahkan pemerintah telah memfasilitasi haji lewat Beijing dan Lanzhou (Propinsi Gansu), beberapa wilayah yang mayoritas muslim diberikan hak otonomi untuk melaksanakan kebebasan beragama dan menjalankan kebudayaannya sendiri, bahkan banyak orang tua muslim yang menyekolahkan anak-anaknya ke timur tengah untuk memperdalam islam.

B. Peranan muslim China terhadap negaranya
1. Dalam bidang agama dan pendidikan:
Banyak cendekiawan islam sekarang ini yang mahir dalam ilmu-ilmu keislaman, seperti majihan (alumnus univ al-azhar) yang menerjemahkan Qur'an dari bahasa arab ke bahasa tionghoa, kemudian salinan terjemahannya dijadikan acuan cetak oleh pemerintah arab saudi untuk mencetak terjemahan qur'an bahasa tionghoa yang telah disebarkan ke seluruh dunia. Wang jingzhai menejemahkan Qur’an dalam bahasa tongkok dalam tiga tahapan yaitu terjemahan ilmiah, sederhana dan mudah supaya dapat dipelajari oleh pembaca yang mempunyai tahapan pengetahuan yang berbeda,dll.
2. Dalam bidang IPTEK:
Pertama-tama orang tiongkok yang mengembangkan penemuan bangsa Han adalah orang-orang islam seperti mesiu. Orang islam yang pertama kali lah yang memanfaatkan bahan ini sebagai bahan senjata meriam sehingga meriam pertama kali disebut hui hui canons (hui+muslim), kedua dengan tekhnologi kompas ma zheng he pelayaran muhibah persahabatan dengan negara-negara lain di luar tiongkok.
3. Dalam bidang pemerintahan dan militer:
Orang-orang muslim selalu dalam barisan nomor depan dalam masalah-masalah kenegaraan, seperti dapat kita lihat sejak zaman dinasti tang, song, yuan, ming hingga pemerintahan republik nasionalis, selalu menempati pos kementerian negara dan jawatan penting lainnya serta dalam bidang militer umar bai zhong si seorang jenderal kuo min tang di masa republik nasionalis telah menyumbangkan keberaniannya demi negara di dalam memimpin tentara republik menghadang agresi jepang.
C. Kondisi sekarang
Republik Rakyat China dengan populasi yang hampir 1,5 milyar, memiliki 56 suku, bangsa Han menduduki 92%, sisanya adalah suku minoritas, tapi mayoritas bangsa han tidak beragama sebagian kecilnya menganut budha, tao dan belakangan ini ada yang nasrani. Sedangkan suku yang memeluk agama islam adalah Suku Hui, Suku Uighur, Tajiks, Uzbeks, Kazakh, Tatar, Salar, Bao'an, Dong Xiang dan Kirgiz. Mereka banyak tinggal diwilayah bagian barat laut, timur laut dan bagian utara tiongkok, seperti di daerah Propinsi Gansu, Propinsi Qinghai Daerah Otonomi Ningxia dan Daerah Otonomi Xinjiang (4 daerah mayoritas), Propinsi Shaanxi, Shan Xi, Yunan, Bagian Barat Daerah Otonomi Mongolia Dalam, Propinsi Taiwan dan Ibukota Beijing. Secara kasar oleh orang asing yang tidak belajar kebudayaan tiongkok menggangap bangsa tionghoa dalah orang han saja, tapi suku minoritas lainnya juga termasuk bangsa tionghoa
Kata islam dalam bahasa tionghoa disebut huijiao (karena identik dengan suku hui), atau qingzhen jiao (merujuk pada kata qing jernih, murni dan zhen yang berarti sungguh, asli, atau terjemahan arab dari kata halal, karena orang muslim tidak makan babi dan minum arak, juga kebiasaan muslim tiongkok yang tidak merokok). Masjid dinamai qingzhen si, atau disebut pula tianfang jiao merujuk pada kata tianfang yang berarti rumah Tuhan/baitullah, baru belakangan disebut yisilan jiao, penganutnya disebut huizu (merujuk pada suku hui) atau musilin (muslim), peninggalan berupa masjid, yang tertua di kota Guangzhou (Propinsi Guangdong) masjid Huai Sheng, dibangun pada masa Dinasti Tang.
Masjid Feng Huang di Kota Hangzhou (Propinsi Zhejiang), dibangun pada masa Dinasti Song Utara, Masjid Quanzhou di Propinsi Fujian juga dibangun pada masa Dinasati Tang, kemudian masjid tian e di kota yangzhou ( propinsi zhe jiang). selain itu masjid lainnya yang terkenal adalah masjid niujie, masjid huashi dan masjid dongsi di kota beijing yang berasitektur khas tiongkok,,masjid shaan xi di kota xi'an,masjid dongguan di kota xinning serta masjid ai di ga di daerah kashi di xinjiang yang disebut masjid terbesar di china/dalam perayaan idul kurban bisa menampung 7000-8000 jama'ah.Yang menarik perhatian, muslim di tiongkok merayakan idul kurban kebih meriah dan lebih besar dari perayaan idul fitri.
Dalam perjalanan menelusuri berbagai daerah di China, ada keinginan yang amat kuat dari seluruh rombongan Majelis Ulama Indonesia Sumatera Utara untuk melihat dinamika dan kemandirian umat yang mulai bangkit di daratan dengan "Sein Kiri Stiur Kanan" itu. Istilah tersebut saya gunakan untuk menggambarkan arah kemajuan China yang secara ideologis menganut Komunisme (kiri) dan dari sudut realitas permbangunan ekonominya bergerak ke arah Kapitalisme (kanan).
Saat mengamati living Islam di Lanzhou jejak dinamika itu sayup-sayup terlihat. Terutama ketika menyaksikan umat Islam dengan lebai putih dan pakaian musim dingin melangkah pasti untuk mebali melaksanakan aktifitas setelah selesai shalat Jum'at sesuai tuntutan ajaran Islam. (Q.S. Al-Jumu'ah).
Propinsi Gansu berpenduduk 26 juta jiwa, 1,7 juta di antaranya beragama Islam (sekitar 6,5 %). Hampir semua bermazhab Hanafi sebagaimana banyak daerah muslim di China. Di daerah ini terdapat 3900 buah mesjid, 5000 orang imam dan sejumlah sekolah dan madrasah, mulai dari tigkat ibtidaiyah sampai Aliyah, hingga perguruan tinggi.
Seperti diketahui, bahwa pusat-pusat peradaban sering dikaitkan dengan aliran sungai, maka aliran Yellow River ( Sungai Kuning) merupakan salah satu pusat peradaban China. Sungai ini membelah kota Langzhou yang sangat modern yang seakan mengisyaratkan bahwa islam China masa depan boleh jadi salah satunya akan berbasis disini.
Ketua Assosiasi Muslim China Langzhou mengatakan "bahwa perkembangan Islam di daerah itu amat menggembirakan. Kalaau pada tahun 1994 jumlah umat Islam di daerah ini baru mencapai 1.400.000 jiwa, maka tahun 2008 telah mencapai 1.700.000 jiwa. Sementara muslim China saat ini sudah berjumlah 100.000.000 jiwa.
Kehidupan Islam minoritas yang dinamis di Gansu dapat dilihat dalam beberapa hal. Pertama, perhatian pemerintah yang cukup mengesankan. Selain memberi kesempatan yang luas bagi Islam untuk berkembang. Pemerintah membantu pembangunan mesjid, memberi tunjangan para imam dan memberikan otonomi muslim pada daerah (kabupaten) yang penduduknya mayoritas muslim seperti kabupaten Ninzia.
Mesjid Agung Lanzhou menjadi saksi atas perhatian pemerintah itu, saat membangun mesjid berlantai lima dengan luas bangunan 11.000 m2 dan dapat menampung puluhan ribu jama'ah. Setelah sebelumnya mesjid ini hancur saat terjadi revolusi kebudayaan. Selain mendirikan mesjid, pemerintah menyiarkan shalat ‘Idul Adha pada televisi nasional dan menyiarkan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) di televisi lokal. Pemerintah juga memberikan tunjangan pada 5000 imam yang bertugas di berbagai daerah. Perguruan tinggi Islam yang ada di Langzhou juga mendapat support yang cukup besar dari pemerintah.
Salah satu atensi pemerintah yang demikian penting dalam membangun Islam di daerah ini adalah adanya rencana untuk membebaskan tanah dan membongkar setiap bangunan yang berada dekat dengan mesjid dan diganti dengan taman-taman, sejalan dengan pentingnya keindahan rumah ibadah dalam penataan kota modern yang sangat mengesankan. Begitu pentingnya perhatian pemerintah hingga Kepala Dinas Urusan Agama dan Asosiasi Muslim Cina Langzhou menyampaikan rasa puas mereka atas dorongan pemerintah terhadap kemajuan Islam.
Kedua, ternyata minoritas muslim di tepi yellow river ini memiliki sikap mandiri yang sulit ditemukan pada minoritas muslim lain. Hal ini juga didorong oleh sikap pemerintah yang lebih terbuka. Mesjid Agung Langzhou misalnya tidak memperoleh dana khusus dar pemerintah, tetapi biaya operasional mesjid yang berjumlah Rp.600.000 pertahun ini diperoleh dari sewa pusat pertokoan yang dibangun dan merupakan bagian tak terpisahkan dari bangunan mesjid. Building Pusat Administrasi dan Madrasah, serta Business Centre mesjid tersebut memperoleh bantuan dari Islamic Development Bank (IDB).
Kemandirian itu semakin terlihat jelas manakala dihubungkan dengan sikap Badan Takmir Mesjid dan pengurus Asosiasi Islam Langzhou. "Kami tidak boleh menerima uang dari mesjid. Kami juga tidak mau memakan uang yang berasal dari mesjid, fî sabilillâh" kata Imam Besar mesjid tersebut.
Begitu pentingnya kemandirian itu hingga tidak ada satu jama'ah pengajian dan siswa madrasah yang dikutip bayaran. Kalau persoalan kemandirian ini kita hubungkan dengan kenyataan di tanah air kita, persoalannya akan menjadi sedikit rumit sebab di sini hampir seluruh aktifitas kemesjidan dan kemadrasahan dikaitkan dengan cost yang cukup besar.
Ketiga, harmonitas menjadi salah satu ciri dari dinamika living Islam di tepi yellow river tersebut. Gansu memiliki penduduk yang multi etnis dan multi religi. Namun di antara mereka terjadi harmonitas dan kondusivitas yang sangat mengesankan. Meski mayoritas penduduk menganut Tao dan Budha, namun terlihat tidak ada konflik yang menganggu kondisivitas daerah ini. Hal tersebut, selain karena pemerintah yang telah membuka sikap moderat dan akomodatif seperti disebut di atas, "sein kiri stiur kanan" telah menyebabkan sebagian masyarakat, selain sebagai penganut komunis juga bersikap sekuler.
Keempat, salah satu ciri khas living Islam di tepi Yellow River adalah gairah kelas menengah untuk menekuni agama. Terdapat 20 orang mahasiswa fakultas agama Islam Langzhou yang kini studi Al-Azhar Mesir dan ada juga di negara-negara lain. Sementara generasi muda muslim tercatat paling aktif dan antusias belajar agama dibanding dengan penganut agama apapun yang ada disitu. Fenomena kelas menengah muslim tersebut seakan menggambarkan masa depan Islam di wilayah itu. Muslim kelas menengah telah memasuki sektor-sektor profesi yang krusial seperti pebisnis, pegawai pemerintah, kelompok cendikiawan, dan guru.
Kelima, peran Asosiasi Muslim Gansu sebagai penggerak umat Islam dan sekaligus memenej komunikasi antara umat Islam dengan pemerintah dan dengan umat Islam di luar negeri.
Keenam, faktor lain yang cukup menarik adalah Islam telah turut memberi etika pada penduduk daerah agrikultur dan industri. Sebab Gansu merupakan pusat industri strategis China dan persenjataan modern, hingga umat Islam di sini merupakan salah satu ujung tombak umat Islam China dalam mengantisipasi dan menyikapi modernitas.
Begitulah, living Islam di tepi yellow river menunjukkan geliat untuk maju lebih sistematis dan dalam dialog dengan tokoh-tokoh muslim di daerah ini, kepada saya disampaikan suatu pertanyaan yang cukup tajam dan menggelitik. Pertanyaan itu berawal dari kenyataan bahwa China adalah negara berpenduduk terbesar di dunia, maka Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Indonesia memiliki penduduk muslim 200 juta jiwa dan China memiliki penduduk muslim 100 juta jiwa.
Terdapat di padang gurun bagian barat daya propinsi Gansu di barat laut Cina. Kota Linxia berada di jalan raya utama. Perekonomiannya bertumbuh lebih lambat dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Cina, penyebabnya karena banyak anak muda yang pindah untuk mencari pekerjaan dan penghasilan yang lebih tinggi di daerah yang lain.
Linxia aslinya adalah tempat perhentian di jalan "sutra" di antara Lanzhou dan Yangguan. Sekarang ini dapat dirasakan bahwa sebagian besar dari populasi umat Islam Hui, bahkan jumlah orang Hui dengan orang Cina Han adalah sama. Orang Hui membuat Linxia menjadi tempat atau daerah utama karena daerahnya berada di perbatasan Cina dan daerah Tibet.
Masjid terbesar Hui berada di pusat kota, juga akan terlihat orang Muslim yang telah lanjut usia dengan janggutnya yang panjang dan mengenakan peci putih. Pemandangan ini dapat dijumpai di seluruh kota. Selain orang Hui, Linxia adalah tempat bagi Dongxiang (disebut daerah Timur oleh orang Cina), adalah kelompok Islam yang tekun. Orang Dongxiang sebagian besar hidup di kota Suonoba yang terletak di pegunungan tinggi dekat kota Lixia. Beberapa orang Dongxiang mempunyai mata biru dan hijau dengan rambut pirang, hal ini sebagai tanda kelompok ini aslinya berasal dari Asia Tengah.
Untuk dapat menjangkau orang Dongxiang sangat sulit, karena pusat kota sangat dikuasai oleh polisi. Orang Dongxiang terkenal di mana-mana sebagai penguasa perdagangan obat bius dan pelacuran di Barat laut Cina. Orang Dongxiang juga memiliki kemampuan literatur yang terendah dari antara 55 yang terendah atau terpencil di Cina. Hanya 12% orang dewasa yang dapat membaca tulisan Cina. Secara keseluruhan Linxia menjadi pintu terbuka yang ideal untuk menjangkau orang Dongxiang yang kekurangan, keadaan ini sama baiknya untuk menjangkau Muslim Hui di kota. (Erni/berbagai sumber)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar